Dokter gigi yang tertarik menulis

Monday 10 December 2018

Tinjauan Pustaka (3); Bone loss; Peranan Receptor Activator of Nuclear Factor - κβ Ligand (RANKL) & Osteoprotegerin (OPG) Dalam Mekanisme Bone Loss Pada Periodontitis

TINJAUAN PUSTAKA (3)

Bone Loss

Alveolar bone loss adalah suatu perubahan yang terjadi pada tulang alveolar karena destruksi tulang yang disebabkan oleh suatu infeksi atau keradangan pada jaringan periodontal,2 yang merupakan perbedaan antara derajat fisiologis atau normal tulang yang ada.20


Gambar 4 : Bone loss

Pola kerusakan tulang pada penyakit periodontal2:

1. Horizontal bone loss : 
Kehilangan atau kerusakan tulang dalam arah horizontal merupakan pola yang paling sering ditemukan pada penyakit periodontal. Ditandai dengan ketinggian tulang yang berkurang, margin tulang hampir tegak lurus dengan sumbu panjang gigi.

 2. Bone deformities (Osseous defect) : 
Berbagai tipe cacat tulang dapat terjadi sebagai akibat penyakit periodontal. Cacat tulang ini umumnya terjadi pada orang dewasa. Cacat tulang dapat dilihat secara radiografi, namun untuk menentukan keberadaan dan dimensinya perlu dilakukan pemeriksaan secara klinis dengan probing yang cermat, serta dilakukan pemeriksaan ketika tindakan bedah dilakukan


3. Vertical / angular defect :
Defek angular merupakan kerusakan atau cacat tulang dalam arah oblique (miring) dengan dasar tulang lebih apikal dari tulang disekitarnya. Umumnya terjadi pada poket infrabony. Defek angular diklasifikasikan berdasarkan jumlah dinding tulang : bisa mempunyai 1, 2 atau 3 dinding. Jumlah dinding bagian apikal defek bisa lebih banyak daripada bagian koronal (combined osseous defect).

Defek angular pada proksimal sering dapat terlihat secara radiografik, namun jika plate tulang tebal maka gambaran defek menjadi kabur. Defek angular pada sisi fasial dan lingual atau palatal tidak dapat terlihat secara radiografik. Satu-satunya cara yang paling tepat untuk menentukan kondisi defek angular adalah dengan tindakan bedah.

Defek angular berdinding tiga disebut defek infrabony. Defek ini sering ditemukan pada sisi Molar ke2 dan Molar ke 3 atas dan rahang bawah. Defek angular berdinding satu disebut hemiseptum

4. Osseous crater :
Osseous crater merupakan kerusakan tulang berbentuk cekungan pada puncak bagian proksimal yang dibatasi oleh permukaan fasial dan lingual atau palatal. Crater lebih sering terjadi pada regio posterior (dua kali lebih banyak daripada regio anterior). Ketinggian tepi crater pada sisi fasial dan lingual / palatal umumnya sama.

Crater sering terjadi pada daerah proximal oleh karena itu :
  • Akumulasi plak dan sisa makanan banyak terkumpul pada daerah proksimal dan sulit dibersihkan.
  • Bentuk septum interdental yang datar maupun konkaf dalam arah fasiolingual (terutama gigi molar) mempermudah terjadinya crater.
  • Pola vaskularisasi dari gingiva terhadap pusat crest menguntungkan untuk terjadinya proses inflamasi. 
5. Bulbous bone contour :
Pembesaran tulang akibat : eksostosis, adaptasi yang berkaitan dengan fungsinya, maupun akibat buttressing bone formation. Lebih sering terjadi pada rahang atas daripada rahang bawah. 

6. Reversed architecture :
Reversed architecture merupakan tipe kerusakan tulang pada interdental yang melibatkan permukaan fasial dan atau lingual, tetapi kerusakan tidak terjadi secara radikuler sehingga gambaran tepi tulang menjadi tidak beraturan lebih sering terjadi pada maksila. 

7. Ledges :
Ledges merupakan bentuk margin tulang yang mirip dataran (plateau) disebabkan resorbsi plate tulang yang tebal.

8. Furcation involvement :
Suatu bentuk kerusakan tulang yang terjadi pada area bifurkasi atau trifurkasi pada gigi - gigi berakar ganda yang disebabkan oleh penyakit periodontal. Paling sering terjadi pada M satu rahang bawah disusul dengan molar rahang atas dan paling jarang ditemukan pada premolar rahang atas. Insiden furcation involvement meningkat sesuai dengan bertambahnya umur.

Berdasar pemeriksaan secara klinis, kerusakan tulang pada area furkasi dapat terlihat, dapat pula tertutup oleh dinding jaringan lunak poket. Tingkat kerusakan ditentukan dengan menggunakan probe disertai hembusan udara hangat agar area kerusakan dapat terlihat secara jelas.

Furcation involvement diklasifikasikan menjadi grade I, II, III dan IV menurut kerusakan jaringannya. Grade I merupakan awal kerusakan tulang, grade II sebagian tulang telah hilang dan grade III kerusakan tulang total sama dengan grade IV namun disertai adanya resesi gingiva.

No comments:

Post a Comment

INDIKATOR MUTU PUSKESMAS (INM, IMPP, IMPEL)

  ·          Indikator mutu adalah tolok ukur yang digunakan untuk menilai keberhasilan mutu pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kese...