Dokter gigi yang tertarik menulis

Thursday 9 May 2019

Halitosis (nafas buruk/bau mulut) : Pengertian halitosis, faktor penyebab dan penanganan


Pengertian Halitosis
Halitosis atau oral malodour adalah istilah medis atau yang lebih dikenal dengan bau mulut atau nafas buruk. Halitosis dalam beberapa literatur diartikan sebagai sebuah perspektif tidak menyenangkan yang bersifat subyektif saat mencium bau pernafasan seseorang yang keluar melalui rongga mulut. Halitosis dapat mencerminkan kondisi rongga mulut maupun kondisi sistemik seseorang.

Halitosis dapat dibagi 3 yaitu :

True Halitosis
True halitosis dapat dibagi menjadi fisiologis dan patologis. Halitosis fisiologis termasuk halitosis yang dapat disebabkan oleh faktor fisiologis seperti komponen makanan, kebiasaan yang buruk, nafas pagi hari. Halitosis patologis terjadi karena kondisi patologik (karena adanya penyakit) baik lokal sekitar jaringan mulut seperti gusi/gingiva atau penyakit periodontal maupun karena adanya penyakit sistemik.

Pseudohalitosis
Pseudohalitosis, pada pasien dengan pseudohalitosis mereka mengeluhkan adanya nafas bau meskipun orang lain tidak merasakannya.

Halitophobia
Halitophobia yaitu kondisi yang terjadi pada individu yang tetap ingin melanjutkan perawatan meskipun telah dirawat berdasarkan halitosis sejati ataupun halitosis semu. Individu seperti ini dikategorikan sebagai halitophobic

Penyebab halitosis dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu endogen, eksogen dan psikis 
Penyebab endogen dapat disebabkan oleh jenis makanan tertentu diantaranya bawang merah dan bawang putih. Penyebab eksogen bisa disebabkan oleh beberapa penyakit di rongga mulut, penyakit sistemik, maupun konsumsi obat-obatan. Penyebab psikis merupakan penyebab yang sangat bersifat subyektif karena berasal dari psikologis penderita sendiri.

Terbentuknya nafas buruk atau halitosis
  • Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri dapat menyebabkan gigi berlubang, gusi meradang, serta kegoyangan gigi. Aktivitas bakteri penyebab infeksi tersebut tidak hanya menimbulkan kerusakan pada gigi dan jaringan penyangganya (gusi dan tulang) tetapi juga menghasilkan produk berupa gas yang mengandung sulfur. Gas inilah yang nantinya berpotensi menimbulkan bau mulut jika produksinya cukup banyak.
  • Bau mulut dapat juga disebabkan oleh perubahan kondisi rongga mulut karena pembentukan senyawa sulfur di dalam rongga mulut yang dapat sewaktu-waktu berubah menjadi gas. Penumpukan sisa makanan akan didegradasi oleh enzim yang ada pada air liur (saliva) di rongga mulut untuk menjadi senyawa-senyawa yang mengandung sulfur.
  • Merokok, mengkonsumsi minuman mengandung alkohol, obat-obatan tertentu dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi kelenjar air liur sehingga mulut menjadi kering. Kondisi ini disebut xerostomia yang bisa memungkinkan sel mati berkumpul di lidah, gusi dan permukaan rongga mulut akan mengalami pembusukan dan menyebabkan bau mulut.
  • Halitosis juga bisa berasal dari penyakit-penyakit infeksi yang menyerang organ-organ disekitar rongga mulut yang memiliki hubungan langsung dengan rongga mulut misalkan saluran pernafasan atau dari sinus. Jika kita menderita influenza atau infeksi saluran nafas atas bisa berdampak pada terjadinya bau mulut karena ada saluran penghubung antara rongga mulut dengan saluran pernafasan. sinusitis, penyakit yang sering dialami oleh banyak penderita juga dapat menyebabkkan peningkatan bau mulut dikarenakan adanya hubungan antara sinus dan rongga mulut melalui saluran pernafasan.
  • Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, kelainan darah, penyakit autoimun juga dapat berdampak pada peningkatan bau mulut baik melalui efek langsung pada rongga mulut maupun melalui pertukaran gas di dala paru-paru dan saluran pernafasan yang membawa senyawa sulfur hingga sampai ke rongga mulut.
Penatalaksanaan/penanganan halitosis karena faktor patologis lokal (rongga mulut) 
Dengan menjaga kebersihan rongga mulut / oral hygiene untuk menekan aktivitas bakteri sehingga halitosis bisa berkurang, berikut beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain :
  • Menyikat gigi secara teratur 2 kali sehari (pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur)
  • Flossing menggunakan benang gigi atau dental floss untuk mengangkat sisa makanan di celah-celah gigi yang tidak bisa terangkat saat sikat gigi
  • Membersihkan lidah saat sikat gigi
  • Menggunakan obat kumur dengan bahan antibakteri (jika perlu)
  • Membersihkan karang gigi atau scaling ke dokter gigi
  • Dilakukan perawatan apabila terdapat kerusakan gigi / keradangan pada jaringan penyengga gigi dan mulut

No comments:

Post a Comment

INDIKATOR MUTU PUSKESMAS (INM, IMPP, IMPEL)

  ·          Indikator mutu adalah tolok ukur yang digunakan untuk menilai keberhasilan mutu pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kese...